Pesatnya pertumbuhan sektor e-commerce memicu tingginya permintaan untuk layanan pengiriman last-mile di Indonesia. Meskipun terjadi kenaikan harga minyak akibat gejolak global dari perang Rusia-Ukraina, penyedia pengiriman last-mile menghadapi tantangan mempertahankan keuntungan di tengah persaingan sengit. Industri ini menunjukkan ketahanan dengan mengadopsi inisiatif berkelanjutan, seperti optimalisasi kapasitas dan kendaraan listrik. Perubahan perilaku konsumen yang lebih peduli terhadap lingkungan mendorong industri untuk mencari metode pengiriman ramah lingkungan. Dengan adopsi teknologi eco-friendly, seperti kendaraan listrik, penyedia pengiriman last-mile di Indonesia berpotensi terus berkembang di tengah perubahan lingkungan dan tuntutan kontemporer.
Gambar 1. Preferensi Customer untuk Beralih ke Prinsip Keberlanjutan
Perubahan perilaku konsumen yang menuju kepedulian lingkungan yang lebih besar mendorong beralihnya metode pengiriman alternatif bagi penyedia layanan logistik. Hasil dari MarkPlus Quick Survey 2023 menunjukkan bahwa 17.5% konsumen lebih memilih penyedia logistik yang fokus pada isu lingkungan daripada yang dipilih berdasarkan kualitas. Aspek emosional dari keberlanjutan juga menjadi highlight, terutama dalam kelompok usia 25-35 tahun, menandakan bahwa keberlanjutan telah menjadi nilai penting dalam keputusan pembelian.
Gambar 2. Teknologi Berkelanjutan dalam Lanskap Logistik Indonesia
Gambar 2 memvisualisasikan perusahaan dari tahap first-mile hingga last-mile yang telah mengambil inisiatif berkelanjutan. Inisiatif-inisiatif ini memberikan banyak manfaat strategis, meningkatkan efisiensi operasional, dan memiliki dampak positif pada lingkungan. Sementara sebagian besar penyedia layanan pengiriman last-mile telah mengadopsi teknologi ramah lingkungan, hanya sebagian kecil penyedia layanan first-mile yang melakukannya. Disparitas ini disebabkan oleh beberapa faktor. Penyedia last-mile merasa lebih mendesak untuk memenuhi harapan keberlanjutan konsumen dan menjaga reputasi mereka, sedangkan penyedia first-mile mungkin menghadapi tantangan operasional dan prioritas yang berbeda, seperti skalabilitas dan efisiensi produksi. Batasan operasional dan skala yang lebih kecil membuat lebih mudah bagi penyedia last-mile untuk mengadopsi teknologi ramah lingkungan dan bereksperimen dengan inisiatif berkelanjutan. Sebaliknya, penyedia first-mile mungkin memerlukan usaha dan investasi yang lebih besar untuk menerapkan teknologi ramah lingkungan di seluruh rantai produksinya.