Pendekatan Fear-Based Communication dalam Edukasi Pelindungan Data Pribadi
Memahami pendekatan fear-based communication untuk mengatasi knowing-doing gap dalam edukasi regulasi pelindungan data pribadi, dengan fokus pada tahap preventif untuk mendorong perubahan perilaku.
Mengapa banyak orang tidak melakukan apa yang sudah mereka tahu?
Seringkali kita mempertanyakan, ketika seseorang sudah tahu mengenai risiko, tetapi mereka tetap tidak bertindak? Fenomena ini dikenal sebagai knowing-doing gap. Istilah ini digunakan ketika seseorang sudah tahu tentang risiko, namun mereka tetap tidak mengambil tindakan untuk menghindarinya. Jika kita membicarakan konteks pelindungan data pribadi, hal ini sangat relevan. Banyak orang yang mengetahui bahwa ketika membagikan informasi pribadi di media sosial secara berlebihan sangatlah berisiko, namun banyak dari kita tetap melakukannya, yang kerap kali disebut flexing. Untuk itu, diperlukan komunikasi yang dapat mendorong perubahan perilaku, salah satunya dapat dilakukan melalui fear-based communication.
Dalam acara Government Roundtable yang membahas tentang edukasi pelindungan data pribadi, MarkPlus memperkenalkan sebuah framework yang mengidentifikasi tiga tahap utama dalam proses edukasi pelindungan data pribadi:
- Preventif (edukasi sebelum risiko terjadi)
- Kuratif (penanganan setelah risiko terjadi), dan
- Apresiatif (penghargaan bagi Lembaga yang memenuhi standar).
Framework ini menjadi fokus diskusi untuk mendorong kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan juga masyarakat dalam meningkatkan pelindungan data pribadi. Artikel ini akan berfokus kepada tahap preventif.
Tahap Preventif: Memunculkan Ketakutan yang Realistis
Pada tahap preventif, target utama edukasi adalah membuat masyarakat sebagai target audiens sadar akan ancaman nyata yang dapat terjadi diakibatkan oleh kelalaian mereka dalam melindungi data pribadi. Fear-based communication efektif digunakan dengan mengingatkan bahwa dampak dari tindakan lalai tersebut dapat terjadi secara langsung.
Berikan Audiens Gambaran Risiko yang Nyata
Pendekatan ini dapat dilakukan dengan mengangkat risiko tindakan yang bersifat segera dan nyata. Misalnya, banyak orang yang sudah mengetahui bahwa ketika membagikan informasi di media sosial dapat menyebabkan pencurian identitas maupun perampokan, tetapi mereka tidak melihatnya sebagai sebuah ancaman yang dekat.
- Contoh Kasus: Seorang influencer membagikan foto liburan maupun lokasi rumah dan plat kendaraan di media sosial, tanpa menyadari bahwa tindakannya memberi celah pada orang yang memiliki niat jahat untuk merampok rumahnya ketika dia tidak ada di tempat.
- Pesan Komunikasi: “Satu unggahan anda, bisa menjadi awal dari kerugian besar”
Tumbuhkan Rasa Takut akan Risiko Langsung
Di sisi lain, jika risiko yang dikomunikasikan kepada target audiens dirasa terlalu jauh, seperti kemungkinan terkena kanker di usia tua akibat merokok, orang akan cenderung mengabaikannya. Namun sebaliknya, dengan mengangkat risiko atau ancaman yang lebih dekat dan langsung, masyarakat sebagai audiens akan lebih mungkin untuk merespons.
- Contoh Ancaman Langsung: “Cukup dengan satu foto, identitas anda bisa hilang dalam hitungan jam”
Imbangi Rasa Takut dengan Solusi yang Jelas
Meskipun pendekatan fear-based communication ini menekankan pada rasa takut, penting bagi pemerintah sebagai regulator untuk tidak hanya sekedar menakut-nakuti masyarakat akan risiko yang ada, namun juga memberikan solusi konkret yang dapat diterapkan guna melindungi diri dari risiko pelindungan data pribadi. Sehingga ketika menyampaikan adanya potensi ancaman, penting untuk disertai dengan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencegahnya. Dalam konteks pelindungan data pribadi, solusi dapat diberikan berupa imbauan untuk mengatur privasi di media sosial, menggunakan kata sandi yang kuat, dan lebih berhati-hati dalam berbagi informasi pribadi di sosial media.
Fear-based communication dapat menjadi alat yang efektif dalam membantu pemerintah meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melindungi data pribadi. Melalui gambaran risiko nyata dan langsung, serta memberikan solusi konkret, kita dapat mengatasi knowing-doing gap dan mendorong masyarakat untuk bertindak secara preventif dalam menangani upaya pelindungan data pribadi mereka. Melalui komunikasi yang jelas dan berbasis solusi, regulator dapat mencegah banyak risiko yang dapat merugikan masyarakat di dunia digital ini. Pendekatan fear-based communication juga dapat digunakan dalam berbagai konteks regulasi lainnya seperti keuangan digital, investasi dan pelindungan konsumen, pembatasan pinjaman online dan lainnya.